Universitas Indonesia Conferences, The 8th International Symposium of Journal Antropologi Indonesia

Font Size: 
Bordersea: Dinamika Penduduk dan Jejaring Kultural
Muhammad Nur Ichsan Azis

Last modified: 2022-05-09

Abstract


Tujuan dari kajian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisa dinamika penduduk dan jejaring kultural yang terbentuk di kawasan perbatasan. Isu perbatasan seringkali dimarjinalkan karena jauh dari pusat pemerintahan. Padahal apabila ingin menelisik lebih jauh, perbatasan adalah beranda terdepan bagi sebuah negara untuk menjaga kedaulatan bangsanya. Dinamika penduduk di kawasan Laut Sulawesi menjadi titik sentral paska Indonesia dan Filipina terbentuk sebagai negara merdeka. Dinamika pendududuk di masa lalu dan jejaring kultural membentuk dan membangun masyarakat di kawasan perbatasan yang berakibat sebagai kelompok yang ‘dimarginalkan’ dan ‘dipinggirkan’. Berbagai dokumen sejarah merekam dinamika dan relasi masyarakat di Kawasan Laut Sulawesi, yang selanjutnya dikenal dengan masyarakat perbatasan antara negara. Batas laut antara Indonesia dan Filipina merupakan ruang interaksi bagi masyarakat yang hingga sekarang ini masih bertahan. Bagi mereka hubungan di masa lalu, kedekatan kultur dan budaya merupakan perekat utama untuk mempertahankan dinamika dan jejaring di kawasan Laut Sulawesi, khususnya daerah perbatasan. Kajian ini berusaha mendeskripsikan dan menganalisa kawasan bordersea dalam perspektif sejarah yang bersinggungan dengan dinamika dan jejaring hingga relasi masyarakat sebagai sebuah entitas dan identitas. Metode sejarah digunakan dalam kajian ini dengan pendekatan ilmu sosial khususnya yang bersinggungan dengan dinamika, jejaring, dan relasi yang terbentuk di tengah masyarakat. Dalam proses tersebut, dinamika dan jejaring adalah bagian dari proses pembentukan kelompok masyarakat dengan ekspresi personal, kelompok, dan institusional. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa sebuah proses sejarah berimplikasi pada dinamika dan jejaring yang dilakukan oleh masyarakat perbatasan hingga membentuk identitas etnis. Laut Sulawesi berperan sebagai kawasan penghubung antar negara, bangsa, dalam lingkup sejarah dan kebudayaan, sehingga kajian ini diharapkan berkontribusi bagi kajian kawasan perbatasan dua negara dan bangsa.

Kata Kunci: Perbatasan, Dinamika, Jejaring

Abstrak Tujuan dari kajian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisa dinamika penduduk dan jejaring kultural yang terbentuk di kawasan perbatasan. Isu perbatasan seringkali dimarjinalkan karena jauh dari pusat pemerintahan. Padahal apabila ingin menelisik lebih jauh, perbatasan adalah beranda terdepan bagi sebuah negara untuk menjaga kedaulatan bangsanya. Dinamika penduduk di kawasan Laut Sulawesi menjadi titik sentral paska Indonesia dan Filipina terbentuk sebagai negara merdeka. Dinamika pendududuk di masa lalu dan jejaring kultural membentuk dan membangun masyarakat di kawasan perbatasan yang berakibat sebagai kelompok yang ‘dimarginalkan’ dan ‘dipinggirkan’. Berbagai dokumen sejarah merekam dinamika dan relasi masyarakat di Kawasan Laut Sulawesi, yang selanjutnya dikenal dengan masyarakat perbatasan antara negara. Batas laut antara Indonesia dan Filipina merupakan ruang interaksi bagi masyarakat yang hingga sekarang ini masih bertahan. Bagi mereka hubungan di masa lalu, kedekatan kultur dan budaya merupakan perekat utama untuk mempertahankan dinamika dan jejaring di kawasan Laut Sulawesi, khususnya daerah perbatasan. Kajian ini berusaha mendeskripsikan dan menganalisa kawasan bordersea dalam perspektif sejarah yang bersinggungan dengan dinamika dan jejaring hingga relasi masyarakat sebagai sebuah entitas dan identitas. Metode sejarah digunakan dalam kajian ini dengan pendekatan ilmu sosial khususnya yang bersinggungan dengan dinamika, jejaring, dan relasi yang terbentuk di tengah masyarakat. Dalam proses tersebut, dinamika dan jejaring adalah bagian dari proses pembentukan kelompok masyarakat dengan ekspresi personal, kelompok, dan institusional. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa sebuah proses sejarah berimplikasi pada dinamika dan jejaring yang dilakukan oleh masyarakat perbatasan hingga membentuk identitas etnis. Laut Sulawesi berperan sebagai kawasan penghubung antar negara, bangsa, dalam lingkup sejarah dan kebudayaan, sehingga kajian ini diharapkan berkontribusi bagi kajian kawasan perbatasan dua negara dan bangsa.

Kata Kunci: Perbatasan, Dinamika, Jejaring


References


Andaya, Barbara Watson, and Leonard Y. Andaya. A History of Early Modern Southeast Asia, 1400–1830. A History of Early Moder

Lapian, Adrian B. “Peta Pelayaran Nusantara Dari Masa Ke Mas.” Buletin Al-Turas 2, no. 3 (2018).

Majul, Cesar Adib. “An Analysis of the ‘Genealogy of Sulu.’” Archipel 22, no. 1 (1981).

Pristiwanto, Pristiwanto. “Dinamika Pisang (Filipina-Sangihe) Di Perbatasan Indonesia-Filipina.” Antropologi Indonesia 37, no. 1 (2017).

Tirtosudarmo, Riwanto. “Kalimantan Barat Sebagai ‘Daerah Perbatasan’: Sebuah Tinjauan Demografi-Politik.” Antropologi Indonesia 0, no. 67 (2014).

Ulaen, Alex John. “LAUT YANG MENYATUKAN: MENGUNGKAP RUANG-JEJARING LAUT MALUKU.” Lensa Budaya: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Budaya 12, no. 2 (2017).

Warren, Jim. “The Sulu Zone : Commerce and the Evolution of a Multi-Ethnic Polity, 1768-1898.” Archipel 18, no. 1 (1979).

“Navigating the Indonesian-Philippine Border: The Challenges of Life in the Borderzone.” Kasarinlan: Philippine Journal of Third World Studies 25, no. 1–2 (2010).


Conference registration is required in order to view papers.