Universitas Indonesia Conferences, The 8th International Symposium of Journal Antropologi Indonesia

Font Size: 
DARI MEDASENG KE DIASPORA PERBATASAN INDONESIA-FILIPINA
Pristiwanto Pristiwanto

Last modified: 2022-05-09

Abstract


ABSTRAK

Aktivitas pelayaran masyarakat di masa lalu memunculkan sebuah istilah lokal bagi masyarakat etnis Sangihe di kawasan perbatasan Indonesia-Filipina, yang dikenal dengan istilah medaseng. Medaseng dimaknai sebagai pencarian tempat tinggal sementara dengan mendirikan sebuah pondok bagi para nelayan untuk memancing atau mencari ikan di daerah laut lepas yang dekat dengan daratan ‘kosong’. Aktivitas tersebut biasanya berlangsung cukup lama, baik hitungan hari maupun bulan, pada waktu musim ikan. Aktivitas ini berdampak bagi masyarakat nelayan etnis Sangihe pada masa sekarang dimana mereka memiliki ‘ikatan kekerabatan’ hingga ‘ikatan darah’ dari jalur pelayaran tersebut. Tulisan ini mendeskripsikan data temuan di lapangan dengan pendekatan etnografi. Temuan dari data ini menunjukkan  bahwa sekelompok orang dari etnis Sangihe (Indonesia) menetap di pulau-pulau kecil Perbatasan Indonesia maupun Filipina. Selain itu, medaseng juga membentuk masyarakat diaspora bagi warga pendukung tradisi bahari hingga ke daratan Filipina Selatan. Medaseng juga melibatkan pada aktivitas melintas ‘batas’ dua negara Indonesia-Filipina. Realitas tersebut membuat isu mobilitas lintas batas negara menjadi penting karena mereka melakukan aktivitas pada wilayah dua negara-bangsa, di antaranya, kegiatan melaut, perdagangan, kunjungan keluarga dan politik, bahkan kegiatan yang terindikasi kejahatan transnasional.

Kata kunci: Medaseng, Diaspora, Perbatasan, Mobilitas Lintas Batas

 

Shipping community activities in the past era bringing up local term of Sangihe ethnic community in the Indonesia-Philippines border area, known as medaseng. Medaseng is defined as fishermen activities on searching for temporary shelter by setting up a hut for fishing in the open sea area close to the 'empty' land. This activity usually happened for a long time, days to months during the fishing season. The Medaseng activity had an impact for the Sangihe ethnic's fishermen community on present time, which is they had the 'kin relationship' until 'blood relationship' from that shipping lane. This paper describes the findings in the field using an ethnographic approach. The findings from this data indicate there are a group of people from the Sangihe ethnicity (Indonesian) living on the small islands at the Indonesian and Philippine borders. Furthermore, medaseng also formed a "diaspora community", peoples who support maritime traditions until the mainland of the Southern Philippines. The Medaseng also involves crossing "border" activity between Indonesia-Philippines countries. This reality makes the "cross-border" issues mobilities so important because they carry out activities in the territory between two nation-states included fishing, trading, family and political visits, even the activities that are indicated by transnational crimes.

 

Keyword: Medaseng, Diaspora, National Border, Cross Border Mobility.


Conference registration is required in order to view papers.