Last modified: 2017-10-04
Abstract
Di dalam sejarah, migrasi orang Cina ke Asia Tenggara sudah dilakukan sejak jaman dahulu. Migrasi ini diawali dengan perdagangan, namun kemudian berkembang tidak hanya dalam kepentingan perdagangan tetapi untuk kepentingan lainnya. Dengan membuat pemukiman permanen itu artinya mereka menetap. Setelah menetap masyarakat pendatang otomatis berbaur dengan penduduk lokal.
Pada awalnya para penduduk Cina selatan ini pada umumnya bermukim di pesisir pantai pulau yang ada di nusantara. Khusus untuk pulau Jawa masyarakat banyak bermukim di pantai utara. Masyarakat Cina yang bermukim dan menetap di pesisir utara Jawa ini kemudian berbaur dengan masyarakat setempat. Seperti umumnya masyarakat di wilayah benua lain, di Nusantara keperluan akan sandang, pangan dan papan merupakan keperluan hidup utama manusia. Tanah yang subur dapat menjadi jawaban bagi pemenuhan keperluan hidup manusia.
Pembauran ini antara masyarakat lokal dan pendatang dalam memenuhi keperluan hidupnya menghasilkan sebuah akulturasi budaya. Satu dari sekian banyak akulturasi budaya adalah kepercayaan terhadap sosok yang dianggap menjadi penolong bagi kehidupan manusia. Sosok tersebut di masyarakat local dikenal sebagai Dewi Sri dan masyarakat pendatang menyebutnya dewi Kwan Im. Ada persamaan dari kepercayaan terhadap kedua sosok ini, sehingga mampu memberikan kedamaian di masyarakat.
Kata kunci: harmonis, mitos, kesuburan, penolong, pertanian.